Quote:
Tampilkan postingan dengan label OKU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OKU. Tampilkan semua postingan

Cerita Wisata Danau Ranau

 

       WISATA 
      DANAU RANAU


      

Menurut cerita, danau ini tercipta dari gempa besar dan letusan vulkanik dari gunung berapi yang membuat cekungan besar. Sungai besar yang sebelumnya mengalir di kaki gunung berapi itu kemudian menjadi sumber air utama yang mengisi cekungan itu. Lama-kelamaan lubang besar itu penuh dengan air.



Sekeliling danau ditumbuhi berbagai tumbuhan semak yang oleh warga setempat disebut ranau. Maka danau itu pun dinamakan Danau Ranau. Sisa gunung api itu kini menjadi Gunung Seminung yang berdiri kokoh di tepi danau berair jernih tersebut.

Pada sisi lain di kaki gunung Seminung terdapat sumber air panas dari dasar danau. Di sekitar danau ini juga dapat ditemui air terjun Subik. Tempat lain yang menarik untuk dikunjungi adalah Pulau Marisa.

Pulau Marisa sebenarnya daratan yang terpisah dari kaki Gunung Seminung karena genangan air danau. Di daratan yang luasnya tidak lebih dari satu hektar itu terdapat pohon-pohon kelapa, dan pengunjung bisa sekadar mampir untuk menikmati keindahan secuil daratan itu.

Danau Ranau memang memiliki pesona. Bagaimana tidak? Bekas letusan gunung berapi tersebut seolah membentuk panggung alam nan elok. Gunung Seminung  menjulang 1.880 meter di atas permukaan laut menjadi latar belakang dengan nuansa magis. Tebing dan barisan perbukitan menjadi pagar pembatas panggung megah itu.

Hamparan sawah hijau berpadu dengan air Danau Ranau yang biru seolah menjadi pelataran tempat berbagai jenis ikan berenang. Butir-butir kopi yang merah seakan-akan menjadi pemanis keindahan itu. Keelokan itu menjadi lengkap dengan bingkai indah pantai berpasir dan kerikil putih di sepanjang tepian.

Kawasan Danau Ranau belum digarap dengan sungguh-sungguh. Promosi pariwisata yang digalang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, lewat Festival Danau Ranau belum memancing minat investor secara maksimal. Promosi yang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat lewat Festival Teluk Setabas pun hingga kini belum mendatangkan investasi.

Danau Ranau dari sisi Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan maupun Liwa, Lampung Barat, sama-sama indah. Wisatawan ingin kembali ke sana, meskipun hanya berperahu atau sekadar menikmati deburan ombak. Pesona Danau Ranau tetap mengundang keinginan datang kembali.

Pengunjung yang tidak suka berperahu bisa menghabiskan waktu dengan beristirahat di penginapan. Di tepi Danau Ranau terdapat beberapa penginapan, yakni Seminung Lumbok Resort, Kotabatu di Banding Agung, dan cottage PT Pusri di Sukamarga.

Di kawasan wisata itu juga terdapat obyek tambahan bagi pengunjung, yakni air panas  dengan kekhasan sendiri, karena mengalir langsung dari lubang-lubang di tebing. Air panas yang mengandung kadar belerang cukup tinggi ini terletak di Desa Air Panas di kaki Gunung Seminung. Lokasinya persis di seberang cottage milik PT Pusri di Sukamarga. Perjalanan dengan perahu motor dari Sukamarga ke lokasi air panas hanya sekitar 20 menit.

Pengunjung bisa datang kapan saja dan menikmati air panas yang tak pernah habis mengucur dari perut bumi tersebut. Saat berperahu motor di danau dengan tujuan air panas, pesona keindahan Danau Ranau pun begitu terasa. Ombaknya tidak terlalu besar, airnya biru bening, dan pesona alam sekelilingnya yang bergunung-gunung, niscaya memberi kesan mendalam bagi pengunjung.

Air panas di tepian Danau Ranau mengucur langsung dari celah-celah kaki Gunung Seminung. Ketika kaki dicelupkan ke aliran air tersebut, rasa panas langsung menyengat. Pengunjung tidak sekadar mandi di air hangat. Air panas itu dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit.

Bagi pengunjung yang tidak mandi, mereka bisa menikmati keindahan danau di sekitar air panas dengan duduk-duduk di warung atau dermaga. Sejumlah warung makanan terdapat di lokasi itu, berdampingan dengan kolam air panas. Di warung-warung inilah dijajakan hasil alam Gunung Seminung, terutama alpokat dan petai.

 
Legenda

Tempat wisata dalam wilayah Lampung Barat terletak di Desa Lombok. Di sini telah dibangun daerah wisata terpadu meliputi hotel, tempat penangkaran rusa dan lain-lain. Rumah penduduk juga dijadikan tempat menginap wisatawan, sehingga mereka bisa merasakan tinggal di rumah panggung.

Penduduk sekitar danau menurutkan banyak kisah yang menceritakan asal usul Danau Ranau. Meskipun secara teori ilmiah diyakini danau ini terjadi akibat gempa tektonik, seperti Danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Maninjau di Sumbar, sebagian besar masyarakat sekitar masih percaya danau ini berasal dari pohon ara. Konon, di tengah daerah yang kini menjadi danau itu tumbuh pohon ara sangat besar berwarna hitam.

Konon masyarakat dari berbagai daerah seperti Ogan, Krui, Libahhaji, Muaradua, Komering, berkumpul di sekeliling pohon. Mereka mendapat kabar jika ingin mendapatkan air, harus menebang pohon ara tersebut. Masyarakat dari berbagai daerah itu berkumpul dengan membawa makanan seperti sagon, kerak nasi, dan makanan lainnya.

Persis saat akan menebang pohon, masyarakat kebingungan cara memotongnya. Ketika itulah muncul burung di puncak pohon mengatakan warga harus membuat alat berbentuk mirip kaki manusia. Mereka membuat alat menggunakan batu dengan gagang kayu. Akhirnya pohon ara pun tumbang.

Dari lubang bekas pohon ara itu keluar air dan akhirnya meluas hingga membentuk danau. Sementara pohon ara yang melintang kemudian membentuk Gunung Seminung. Karena marah, jin di Gunung Pesagi meludah hingga membuat air panas di dekat Danau Ranau. Sedangkan serpihan batu dan tanah akibat tumbangnya pohon ara menjadi bukit di sekeliling danau.

Masih di sisi Danau Ranau, tepatnya di Pekon Sukabanjar, berseberangan dengan Lombok, terdapat kuburan yang diyakini masyarakat sebagai makam Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat. Makam keduanya terletak di kebun warga Sukabanjar bernama Maimunah. Untuk menuju ke lokasi, selain naik perahu motor dari Lombok, bisa juga dengan berkendaraan.

Menurut juru kunci kuburan, H Haskia, di sini terdapat dua buah batu besar. Satu batu telungkup diyakini sebagai makam Si Pahit Lidah dan satu batu berdiri sebagai makam Si Mata Empat. Si Pahit Lidah disebut sebagai Serunting Sakti dari Kerajaan Majapahit. Karena dianggap nakal, Si Pahit Lidah yang bernama asli Raden Sukma Jati ini oleh raja diusir ke Sumatera. Akhirnya, dia menetap di Bengkulu, Pagaralam, dan Lampung.

Si Pahit Lidah memiliki kelebihan, yakni setiap apa yang dikemukakannya terkabul menjadi batu. Akibatnya, Si Mata Empat dari India mencarinya hingga bertemu di Lampung, tepatnya di Way Mengaku. Di Way Mengaku keduanya saling mengaku nama. Lalu, keduanya beradu ketangguhan.

Salah satu yang dilakukan adalah memakan buah berbentuk seperti aren. Ternyata buah aren itu pantangan bagi Si Pahit Lidah. Karena makan, ia  tewas. Sementara Si Mata Empat yang mendengar kabar lidah Si Pahit Lidah beracun tidak percaya dan mencoba menjilatnya. Akhirnya, dia pun tewas. Peristiwanya, menurut penuturan H Haskia, terjadi di Pulau Pisang. Lalu, kuburannya ditemukan di pinggir Danau Ranau.

Asal Mula Nama OKU

Nama Kabupaten Ogan Komering Ulu diambil dari nama dua sungai besar yang melintasi dan mengalir di sepanjang wilayah kabupaten OKU, yaitu sungai Ogan dan Sungai Komering. Berdasarkan sejarah, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 9 Tahun 1997 tanggal 20 Januari 1997, Tahun 1878 ditetapkan sebagai tahun kelahiran nama Ogan Komering Ulu. Sedangkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, Kabupaten Ogan Komering Ulu terbentuk dengan keluarnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembubaran Negara Bagian Sumatera Selatan dan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Sumatera Selatan menjadi Propinsi didalam Negara Republik Indonesia.

Selanjutnya melalui Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor GB/100/1950 tanggal 20 Maret 1950, ditetapkan batas-batas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan ibu kota kabupaten di Baturaja. Sejalan dengan Undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 yang diperkuat dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821), Kabupaten Ogan Komering Ulu menjadi daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.


Sesuai dengan semangat Otonomi Daerah, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4347), pada tahun 2003 Kabupaten OKU resmi dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kabupaten, yakni (1) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU TIMUR) dengan Ibukota Martapura; (2) Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU SELATAN) dengan Ibukota Muaradua dan (3) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dengan Ibukota Baturaja.


BUPATI KABUPATEN OKU TAHUN 1949 - SEKARANGNo Nama Masa Jabatan

1. M. Said 1949 – 1950
2. Nawawi 1950 – 1952
3. Aziz 1952 – 1954
4. Mustofa 1954 – 1956
5. Saleh 1956 – 1958
6. Harum 1958 – 1962
7. Usman Raden Mangku 1962 – 1963
8. Rusman Effendi Rustam 1963 – 1968
9. M. Muhammad Muslimin 1968 – 1979
10. HM. Saleh Hasan, SH. 1979 – 1989
11. Drs. H. Mulkan Aziman 1989 – 1994
12. Amiruddin Ibrahim 1994 – 1999
13. H. Rosihan Arsyad 1999 – 2000
14. Ir. Syahrial Oesman, MM.2000 – 2002
15. Eddy Yusuf, SH., MM. 2002 – 2008
15. Drs. Yulius Nawawi 2008 s/d Sekarang

Sekilas tentang OKU Baturaje


BATURAJA – Misteri kehidupan zaman prasejarah selalu menarik ditelusuri. Sedikit demi sedikit peradaban manusia purba terungkap dengan adanya temuan fosil, perkakas logam hingga kerangka manusia yang hidup di masa lampau. Terletak 200 kilometer dari Palembang,
Baturan Alam di Baturaja
Sumatra Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) menjadi destinasi saya untuk menelusuri lebih dalam hunian manusia di zaman purba. Hingga tahun 2011, tercatat ada 27 goa yang ditemukan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Arkeologi Nasional. Baturan Alam di Baturaja Baturan Alam di Baturaja Anda bisa merasakan sensasi berpetualang di Goa Putri cukup dengan membayar Rp.5.000. Goa Putri adalah satu dari banyaknya goa yang ada di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji. Selain tersohor karena cerita legenda Putri Dayang Merindu yang berubah wujud menjadi batu, di tempat ini juga ditemukan artefak dan kerangka manusia yang konon adalah penghuni goa di zaman pra sejarah. Banyaknya batuan alam juga menjadi cerita mengapa daerah ini dinamakan Baturaja. Di sini Anda bisa menemukan banyak batuan alam dan fosil sisa-sisa hewan atau tumbuhan hasil endapan jutaan tahun lalu. Hal ini pula yang membuat banyak warga Baturaja berprofesi sebagai pengrajin batu. Panen Duku di Baturaja Panen Duku di Baturaja Siapa sangka benda mati yang kerap tidak memiliki fungsi tersebut ternyata bisa diolah menjadi sesuatu yang berguna dan memiliki nilai jual tinggi. Satu bongkah batu fosil dengan tinggi satu meter saja bila sudah diolah menjadi model tertentu dibandrol dengan harga Rp15 juta.
Panen Duku di Baturaja
Beruntung, saat saya datang di bulan Maret ini sedang musim panen buah duku. Buah yang dikenal sebagai ciri khas Kota Palembang itu ternyata aslinya berasal dari Kabupaten Sumatra Selatan. Baturaja adalah salah satu kabupaten penghasil duku sekaligus sebagai daerah penyuplai duku ke kota-kota besar di Indonesia. Saya berkesempatan untuk makan buah duku langsung dari kebunnya. Niat untuk memanjat pohon duku langsung buyar ketika mengetahui bahwa pohonnya tinggi menjulang. Konon, pohon-pohon tersebut berusia cukup tua, bahkan lebih tua dari sang pemilik kebun yang saya temui.
Pindang Ikan Baung Baturaja
Pindang Ikan Baung Baturaja Pindang Ikan Baung Baturaja Seperti daerah lainnya di Sumatra Selatan, Baturaja dibelah oleh sungai terbesar di Kabupaten OKU, Sungai Ogan dan sungai Komering yang bermuara di Sungai Musi. Tak heran, kuliner khas Baturaja tidak jauh dari makanan berbahan baku ikan. Jangan lewatkan untuk mencicipi pindang ikan culi yang tentunya akan menggoyang lidah Anda. Kuah pindang terasa segar di mulut berkat perpaduan asam kandis, cabai merah dan cabai rawit yang ditumbuk, jahe, serta buah nanas. Lezatnya ikan culi cukup ditebus dengan harga Rp30 ribu. Sedangkan bagi Anda penikmat durian, jangan khawatir, Anda tetap bisa menikmati sensasi buah durian yang dicampur dengan ikan. Hmm…seperti apa ya rasanya? Ternyata buah durian tersebut sudah difermentasikan dan dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama, bahkan hingga satu tahun. Menu pepes ikan baung tempoyak seharga Rp25 ribu pun menjadi menu favorit saya saat berkunjung ke Baturaja. Bagi Anda yang ingin berlibur di Sumatra Selatan, pilihan wisata tidak hanya terpusat di tengah kota. Cobalah untuk berkunjung ke sisi selatan Kota Palembang. Anda akan menemukan pengalaman yang unik dan berbeda dengan menikmati ragam potensi alam, hanya dengan empat jam perjalanan darat dari pusat Kota Palembang. Untuk pengalaman visual menelusuri peradaban masa lampau di Ogan Komering Ulu, Anda dapat menyaksikan di program wisata Metro TV, Travelista, Sabtu, 24 Maret 2012 Pukul 14.30 WIB. (Fani Moe, Twitter: @fuunnyyy) Menelurusi Jejak Peradaban di Kabupaten OKU Menelurusi Jejak Peradaban di Kabupaten OKU BATURAJA – Misteri kehidupan zaman prasejarah selalu menarik ditelusuri. Sedikit demi sedikit peradaban manusia purba terungkap dengan adanya temuan fosil, perkakas logam hingga kerangka manusia yang hidup di masa lampau. Terletak 200 kilometer dari Palembang, Sumatra Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) menjadi destinasi saya untuk menelusuri lebih dalam hunian manusia di zaman purba. Hingga tahun 2011, tercatat ada 27 goa yang ditemukan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Arkeologi Nasional. Baturan Alam di Baturaja Baturan Alam di Baturaja Anda bisa merasakan sensasi berpetualang di Goa Putri cukup dengan membayar Rp.5.000. Goa Putri adalah satu dari banyaknya goa yang ada di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji. Selain tersohor karena cerita legenda Putri Dayang Merindu yang berubah wujud menjadi batu, di tempat ini juga ditemukan artefak dan kerangka manusia yang konon adalah penghuni goa di zaman pra sejarah. Banyaknya batuan alam juga menjadi cerita mengapa daerah ini dinamakan Baturaja. Di sini Anda bisa menemukan banyak batuan alam dan fosil sisa-sisa hewan atau tumbuhan hasil endapan jutaan tahun lalu. Hal ini pula yang membuat banyak warga Baturaja berprofesi sebagai pengrajin batu. Panen Duku di Baturaja Panen Duku di Baturaja Siapa sangka benda mati yang kerap tidak memiliki fungsi tersebut ternyata bisa diolah menjadi sesuatu yang berguna dan memiliki nilai jual tinggi. Satu bongkah batu fosil dengan tinggi satu meter saja bila sudah diolah menjadi model tertentu dibandrol dengan harga Rp15 juta. Beruntung, saat saya datang di bulan Maret ini sedang musim panen buah duku. Buah yang dikenal sebagai ciri khas Kota Palembang itu ternyata aslinya berasal dari Kabupaten Sumatra Selatan. Baturaja adalah salah satu kabupaten penghasil duku sekaligus sebagai daerah penyuplai duku ke kota-kota besar di Indonesia. Saya berkesempatan untuk makan buah duku langsung dari kebunnya. Niat untuk memanjat pohon duku langsung buyar ketika mengetahui bahwa pohonnya tinggi menjulang. Konon, pohon-pohon tersebut berusia cukup tua, bahkan lebih tua dari sang pemilik kebun yang saya temui. Pindang Ikan Baung Baturaja Pindang Ikan Baung Baturaja Seperti daerah lainnya di Sumatra Selatan, Baturaja dibelah oleh sungai terbesar di Kabupaten OKU, Sungai Ogan dan sungai Komering yang bermuara di Sungai Musi. Tak heran, kuliner khas Baturaja tidak jauh dari makanan berbahan baku ikan. Jangan lewatkan untuk mencicipi pindang ikan culi yang tentunya akan menggoyang lidah Anda. Kuah pindang terasa segar di mulut berkat perpaduan asam kandis, cabai merah dan cabai rawit yang ditumbuk, jahe, serta buah nanas. Lezatnya ikan culi cukup ditebus dengan harga Rp30 ribu. Sedangkan bagi Anda penikmat durian, jangan khawatir, Anda tetap bisa menikmati sensasi buah durian yang dicampur dengan ikan. Hmm…seperti apa ya rasanya? Ternyata buah durian tersebut sudah difermentasikan dan dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama, bahkan hingga satu tahun. Menu pepes ikan baung tempoyak seharga Rp25 ribu pun menjadi menu favorit saya saat berkunjung ke Baturaja. Bagi Anda yang ingin berlibur di Sumatra Selatan, pilihan wisata tidak hanya terpusat di tengah kota. Cobalah untuk berkunjung ke sisi selatan Kota Palembang. Anda akan menemukan pengalaman yang unik dan berbeda dengan menikmati ragam potensi alam, hanya dengan empat jam perjalanan darat dari pusat Kota Palembang.

Sekilas tentang OKU T


Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten ini terbentuk sebagai pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Iklim di Kabupaten OKU Timur termasuk tropis basah dengan variasi curah hujan antara 2.554 - 3.329 mm/tahun. Topografi di wilayah Kabupaten OKU Timur dapat digolongkan ke dalam wilayah datar (Peneplain Zone), bergelombang (Piedmont Zone) dan berbukit (Hilly Zone).
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Kabupaten OKU Timur memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas. Kabupaten OKU Timur juga merupakan salah satu daerah penghasil beras terbesar di Sumatera Selatan. Hal ini di dukung oleh Bendungan Perjaya dan jaringan irigasi yang memadai di daerah ini. Di sektor perkebunan, komoditi andalan dari Kabupaten OKU Timur adalah karet dan kelapa sawit.
Bahan galian merupakan salah satu aset Kabupaten OKU Timur untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Potensi kekayaan alam Kabupaten OKU Timur meliputi batubara yang tersebar di Kecamatan Buay Madang, Madang Suku II, Martapura dan Buay Pemuka Peliung.
Salah satu potensi wisata di Kabupaten OKU Timur adalah Bendung Perjaya, Kecamatan Martapura. Bendung yang dibangun tahun 1991 ini, selain berfungsi sebagai sarana irigasi juga potensial untuk dijadikan obyek wisata alam sebagai sumber pendapatan daerah dan hiburan rakyat.
Selain itu juga wisata Danau Datuk juga memiliki potensi untuk dikembangkan. Letak Danau Datuk sekitar 40 km dari Ibukota Kabupaten Martapura. Terletak di Desa Surabaya dan Desa Mendayun, Kecamatan Madang Suku I.

Laju Pertumbuhan Penduduk[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan hasil SP2000, penduduk OKU Timur tercatat 515.807 jiwa, sementara hasil SP2010 meningkat menjadi 609.715 jiwa. Maka laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,69 persen. Sebagai daerah pemekaran baru yang terus berkembang laju pertumbuhan penduduk tersebut cukup moderat. Perbaikan kesejahteraan masyarakat dan perhatian pemerintah yang tinggi terhadap kesehatan penduduk mengakibatkan angka kematian menurun dari waktu ke waktu. Hal ini mengakibatkan angka kelahiran di OKU Timur lebih besar dibandingkan dengan kematian, yang mendorong relatif tingginya angka pertumbuhan penduduk. Kecamatan Jayapura memiliki angka pertumbuhan tertinggi di OKU Timur (5,91%). Kondisi tersebut dipicu oleh tingginya imigrasi di kecamatan ini akibat adanya pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan karet yang menarik masuknya tenaga kerja ke Jayapura. Sementara laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Buay Madang merupakan yang terkecil (0,20%).

Gambaran Umum Penduduk OKU Timur[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 (angka sementara), jumlah penduduk Kabupaten OKU Timur adalah 609.715 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 312.147 jiwa dan perempuan 297.568 jiwa. Hasil ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki di OKU Timur lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan. Penyebaran penduduk antar kecamatan di OKU Timur tidak merata. Tiga kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar secara berturut-turut adalah Kecamatan Buay Madang Timur (53.498 jiwa atau 8,77%), Kecamatan Belitang (50.396 jiwa atau 8,27%) dan Kecamatan Martapura (48.126 jiwa atau 7,89%). Adapun kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Jayapura (11.633 jiwa atau 1,91%) dan Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja (11.054 jiwa atau 1,81%).
Populasi
TahunJumlah Penduduk (Jiwa)(LPP)
2000515.8071,24%
2005556.6311,31%
2006564.8241,36%
2008576.6991,43%
2009590.0921,52%
2010609.7151,69%
2011619.4601,71%
2012676.5441,96%
Sumber:[2][3]
Sex ratio atau rasio jenis kelamin, yang merepresentasikan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, OKU Timur sebesar 104,9. Seluruh kecamatan di OKU Timur juga memiliki sex ratio di atas 100, artinya di OKU Timur penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Tiga kecamatan dengan sex ratio tertinggi adalah Kecamatan Jayapura (114,7), Kecamatan Madang Suku I (108,4) dan Kecamatan Cempaka (107,8). Laju pertumbuhan penduduk OKU Timur per tahun sebesar 1,69 persen. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Jayapura (5,91%), Kecamatan Madang Suku II (2,90%) dan Kecamatan Belitang III (2,53%). Kecamatan Buay Madang memiliki laju pertumbuhan terendah, yaitu 0,20 persen. Dengan luas wilayah 3.379 Km2, maka kepadatan penduduk OKU Timur tahun 2010 sebesar 181 jiwa/Km². Sebagai ibukota Kabupaten OKU Timur, maka Kecamatan Martapura adalah yang terpadat dengan kepadatan 471 jiwa/Km², sedangkan Kecamatan Jayapura yang terjarang dengan kepadatan penduduknya hanya 51 jiwa/Km²

Sekilas tentang OKU S


Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU Selatan) adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Merupakan hasil pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ulu yang diresmikan dengan UU No.37 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003. Kabupaten ini diresmikan pada 16 Januari 2004 di Muaradua, ibu kota kabupaten OKU Selatan.

Letak Geografis Kabupaten OKU Selatan

Kabupaten OKU Selatan yang memiliki luas wilayah 5.493,94 Km2 , terletak diantara 103022’ – 104021’ bujur timur dan diantara 04014’ – 04055’ lintang selatan, berbatasan dengan:
  • Utara: Berbatasan dengan Kec.Ulu Ogan, Kec.Pengandonan & Lengkiti Kabupaten OKU Provinsi Sumatera Selatan
  • Selatan: Berbatasan dengan Kab.Lampung Barat Provinsi Lampung
  • Timur: Berbatasan dengan Kec.Martapura Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan dan Kab.Way Kanan Provinsi Lampung
  • Barat: Berbatasan dengan Kec.Semendo Darat Ulu Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan dan Kab.Kaur Provinsi Bengkulu

Pembagian wilayah administratif

Wilayah Kabupaten OKU Selatan terdiri atas 19 kecamatan, yaitu:
  1. Banding Agung
  2. Buana Pemaca
  3. Buay Pemaca
  4. Buay Pematang Ribu Ranau Tengah
  5. Buay Rawan
  6. Buay Runjung
  7. Buay Sandang Aji
  8. Kisam Ilir
  9. Kisam Tinggi
  10. Mekakau Ilir
  11. Muaradua
  12. Muaradua Kisam
  13. Pulau Beringin
  14. Runjung Agung
  15. Simpang
  16. Sindang Danau
  17. Sungai Are
  18. Tiga Dihaji
  19. Warkuk Ranau Selatan

Pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ulu

Pemekaran Kabupaten OKU menjadi tiga kabupaten didukung oleh Surat Pernyataan Dukungan Tokoh Masyarakat dan Partai Politik Kabupaten OKU serta disetujui DPRD Kabupaten OKU dengan Surat Keputusan DPRD Kabupaten OKU Nomor 33 Tahun 2000 tanggal 13 Juli 2000 tentang Persetujuan Terhadap Rencana Pemekaran Wilayah Kabupaten OKU. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Bupati OKU Nomor 125/10.A/AK/I/2001 tentang Pembentukan Tim Penyusunan Rencana Pemekaran Wilayah Kabupaten OKU.
Pemekaran ini dikukuhkan dengan keluarnya Undang Undang Nomor 37 Tahun 2003 dan diresmikan oleh Gubernur Sumatera Selatan pada tanggal 16 Januari 2004 di Muaradua (Kabupaten OKU Selatan).
Tujuan pemekaran adalah:
  1. Mempersingkat rentang kendali (span of control) pemerintah, sehingga azas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan bidang pemerintahan dapat terwujud.
  2. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga tercapai pelayanan dalam rangka Otonomi Daerah secara nyata, luas, dinamis dan bertanggung jawab.
  3. Meningkatkan efektifitas eksploitasi dan pendayagunaan sumber daya alam yang terkandung di daerah untuk kesejahraan masyarakat.
  4. Mempercepat penyebaran dan pemerataan hasil-hasil pembangunan sehingga akan dapat memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang merata.
  5. Memperkokoh sistem pertahanan keamanan wilayah yang merupakan bagian integral dari sistem pertahanan dan keamanan nasional.

Latar Belakang

Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana telah diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa perubahan besar dalam sistem politik dan pemerintahan di Indonesia. Salah satu perubahan yang paling mendasar yang dibawa undang-undang tersebut adalah pemberian otonomi yang luas kepada daerah di Indonesia. Hal ini yang mendorong daerah untuk mengembangkan diri menjadi daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Salah satu daerah yang mengikuti trend dan berhasil mengembangkan diri menjadi daerah otonom (kabupaten) adalah Ogan Komering Ulu Selatan. Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sebelumnya adalah termasuk dalam wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Proses dan setelah terbentuknya daerah otonom yang dimaksud dalam Undang-undang Pemerintahan Daerah tentu saja membawa peubahan besar dalam sistem pemerintahan dan perpolitikan daerah disamping meninggalkan sejarah tersendiri. Perubahan sistem tersebut juga menimbulkan permasalahan baru dalam pelaksanaannya. Tulisan ini mencoba menelaah dan menganalisa perubahan sistem pemerintahan dan perkembangan politik di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sebelum dan sesudah terbentuknya kabupaten itu sendiri serta permalahan-permasalahan yang menjadi kendala pelaksanaannya. Hal ini dianggap penting karena perubahan-perubahan tersebut membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial masyarakat.

Sejarah Singkat

Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 1 tahun 1945 tentang Pembentukan Komite Nasional Indonesia yang diikuti dengan Peraturan pemerintah Nomor 8 tahun 1947 tentang Pembentukan Daerah Otonom memicu tuntutan agar Afdeling Ogan Komering Ulu menjadi daerah otonom yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Perubahan sistem politik ini juga diikuti dengan perubahan Onder Afdeling yang ada di Ogan Komering Ulu. Perubahan tersebut antara lain:
  1. Onder Afdeling Ogan Ulu yang berkedudukan di Lubuk Batang dipindahkan ke Baturaja.
  2. Onder Afdeling Komering Ulu berkedudukan di Martapura.
  3. Onder Afdeling Muaradua dan Ranau dipindahkan dari Banding Agung Ke Muaradua.
Secara yuridis formal, pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu diawali dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembubaran Negara Bagian Sumatera Selatan (17 Agustus 1950) dan Peraturanan Pemerintah pengganti Undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Di Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Selatan yang kemudain diperkuat dengan Ketetapan Gubernur Sumatera Selatan No.GB/100/1950 tanggal 20 maret 1950 tentang Penetapan Batas Daerah kabupaten Ogan Komering Ulu. Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut maka Kabupaten Ogan Komering Ulu resmi terbentuk dengan ibukota Baturaja dan Muaradua dijadikan Kecamatan di Bawah Kabupaten Ogan Komering Ulu tersebut.
Dikeluarkanhya Undang-udnang Nomor 22 tahun 1999 sebagaiman telah diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengakibatakan tuntutan masyarakat yang ada di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu yang selama ini dimarginalkan oleh Baturaja untuk membentuk daerah otonom (kabupaten) sendiri yang berhak mengurus rumah tangga sendiri. Aspirasi masyarakat daerah yang disalurkan melalui Panitia Persiapan Pembentukan Kabupaten OKU Selatan dan melalui berbagai demostrasi massa untuk menuntut pembentukan Kabupaten baru akhirnya membuahkan hasil dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 37 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Baru di Provinsi Sumatera Selatan. Maka, dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut maka secara resmi Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan terbentuk dengan ibukotanya Muaradua.

Politik dan Pemerintahan Sebelum Pemekaran

Secara administratif, wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan saat ini dahulunya adalah beberapa kecamatan yang berada di bawah Kabupaten Ogan Komering Ulu yang merupakan Wilayah Kerja Pembantu Bupati III Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Baturaja sebagai Ibukota Kabupaten Ogan Komering Ulu pada saat itu merupakan sentral dari kegiatan pemerintahan dan perekonomian. Segala urusan yang berkaitan dengan pemerintahan dipusatkan di baturaja, kecamatan-kecamatan yang berada di bawahnya hanya berfungsi pelengkap dan sebagai pelaksana dari segala kebijakan pemerintah Kabupaten. Hal ini menyebabkan pertumbuhan kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah kabupaten ogan komering ulu tertinggal dan berjalan dengan sangat lambat. Pada waktu-waktu Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan masih berada di bawah Kabupaten Ogan Komering Ulu kondisi politik dan pemerintahan hampir tidak ada perkembangan yang berarti. Sebagai daerah berstatus kecamatan, pemerintah setempat hampir tidak bisa mengeluarkan kebijakan sendiri. Kecamatan-kecamatan yang berada di bawah Kabupaten Ogan Komering Ulu pada waktu itu hanya berfungsi sebagai pelaksana kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten.